Pages

Tiang Lampu yang Lampunya Sudah Mati


Jalannya jadi sempoyangan. Di pundaknya, seolah dipanggulnya segudang kenangan. Padahal ia tidak sedang memanggul apapun. Ia barangkali tahu satu hal yang sering ia panggul: ia memanggul kepercayaan.

Setelah melewati dua tikungan dan tiga lorong gelap di tengah puluhan imarah yang menjulang tinggi-tinggi, ia semakin sempoyangan. Diraihnya tiang lampu—yang lampunya sudah mati tapi belum juga diganti. Seperti ada yang segera ingin ia raih. Bebannya bertambah berat tatkala ia memikirkan dua hal: kenangan dan kepercayaan.

Ia pernah yakin bahwa: kenangan adalah bentuk lain dari keyakinan. Kalaupun bukan keyakinan sekarang, ia adalah kenangan masa lalu yang dipikirkan di entah suatu ketika yang pada akhirnya menjadi suatu keyakinan.

Tapi, apa yang bisa ia yakini tentang kenangan, ketika di sana hanya ada lorong gelap dengan satu tiang lampu—yang lampunya sudah mati tapi belum juga diganti...(*)


Arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram