Ia selalu melingkari tanggal-tanggal tertentu pada almanak lusuk yang
tergopoh, tertempel lesu di dinding kamarnya. Tanggal-tanggal tertentu itu,
entah kadang ia melingkarinya menggunakan pensil atau bulpoin, adalah
tanggal-tanggal yang tidak terlalu penting. Setelah melingkari satu tanggal, ia
selalu menyertakan sebuah catatan singkat di sisinya. Misalnya, suatu waktu, ia
pernah menulis: “Kencing dua kali dalam sejam”. Di lain waktu, ia menulis: “Ada
kecoa yang jatuh di bubur yang aku buat”. Bahkan, ia juga pernah menulis:
“Celana dalamku robek”.
Ia adalah orang yang tak peduli rumus. Mungkin itulah kenapa ia tak seperti
kebanyakan orang. Ia bukannya tak tahu kalau kebanyakan orang melingkari
tanggal di almanak hanya karena ada hal-hal yang penting. Ia berpikir bahwa:
hal-hal kecil bukan berarti tak berarti. Bisa jadi, hal kecil itu adalah hal
besar yang coba dikecilkan atau disepelekan. Celana dalam yang robek barangkali
sama pentingnya dengan hari jadian. Kecoa yang jatuh di bubur barangkali lebih
merupakan pecahan hidup yang sarat makna daripada hari ulang tahun. Kencing dua
kali dalam sejam mungkin saja sama pentingnya dengan hari pernikahan. Mungkin
saja, dan barangkali...
Tapi, tiba-tiba, pada suatu hari, ia tak seperti biasanya. Ia tak
melingkari satu tanggal dalam almanak itu. Ia membuat dua nomor (33) pada
bagian pojok almanak, kemudian ia melingkarinya agak tebal dengan menggunakan
spidol warna biru. Di sana, ia tuliskan kalimat macam ini: “Aku berencana untuk
mati pada tanggal ini.” **
Kairo, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar