Pages

Puisi M.N. Ulya Buat Kekasihnya


Kenapa harus menulis puisi? Barangkali pertanyaan ini lebih sulit dibanding definisi puisi. Lebih sulit; sebab terlalu banyak ‘kenapa’ untuk menulis puisi; sebab kadang orang tak butuh ‘kenapa’ untuk menuliskannya; sebab barangkali alasan menulis puisi lebih banyak ketimbang jumlah daun yang jatuh dari tangkai pohon setiap harinya. Tapi kau bisa menelisik kenapa kekasihmu menulis puisi. Ternyata, puisi lebih bara ketimbang api, lebih udara ketimbang angin, lebih dingin ketimbang salju. Puisi merangkum hal yang paling privatif. Puisi adalah cinta. Cinta adalah puisi. Aku menemukan puisi sebab aku menemukan cinta; aku menemukan cinta sebab aku menemukan puisi. Puisimu, kekasih, telah lebih dalam mengukuhkan keyakinanku bahwa hanya lewat puisilah kita dipertemukan. M.N. Ulya:

جم الكلافة
Cinta yang Membara

بكيت مآقا رقودا بالفلتة * جدة البث والحسرة بالفردة
Di malam penghujung bulan ini, sembari terbaring tidur, aku menangis meronta-ronta
Begitu dalamnya kesedihan dan penyesalanku atas kesendirian ini

أسكت في الغيهب بالوحشة * فجدير بي ألا أكرر الفعلة
Aku terdiam dalam pekatnya malam atas kerisauanku
Maka, sudah seharusnya aku tidak mengulangi perbuatan itu lagi

فيا من نثر الدرة في الذات * باذل المحبة والمودة للإلفة
Duhai seseorang yang telah menaburkan mutiara dalam jiwaku!
Pemberi cinta dan kasih sayang terhadap wanita yang sangat dicintainya

لا بهجة سوى معك بتة * فأشهد بأعظم جم الكلافة
Tiada kebahagiaan sama sekali selain hanya bersamamu
Maka, aku bersaksi atas agungnya cinta yang membara ini
  
لا تجزعي واعتقدي في المرارة * من ورائها الأسرار الغامضة
(kau katakan kepadaku) “Janganlah gelisah! Yakinlah atas kejadian yang menyayat kini!
Karena sesungguhnya, ada banyak rahasia-rahasia yang terpendam di balik semua ini

Tangier, 2014 

           

Arif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram