Di halte bis jurusan kuliah, kudapati seorang perempuan
yang duduk di bangku yang sama di waktu yang hampir sama, setiap hari. Dilihat
dari mode pakaiannya, aku menduga ia datang dari sebuah keluarga yang mewah.
Tapi bagiku, ia terkesan norak dengan pakaian seperti itu: gaun ulang tahun
warna ungu dengan pita lucu di bagian lehernya.
Aku sering memperhatikannya secara diam-diam waktu
menunggui bis. Perempuan itu tak pernah duduk selain di kursi yang sedari awal
aku melihat ia di situ. Barangkali kursi itu adalah memori tentang seorang
lelaki yang ia tunggu tapi tak kunjung datang. Aku menduga, lelakinya pernah
duduk di situ pada hari perpisahan mereka dulu.
Tak hanya pakaiannya yang aku nilai norak. Perempuan itu
selalu buang ludah setiap lima menit sekali. Aku tahu, aku sering
memperhatikannya diam-diam waktu menunggui bis. Dalam setiap ludahan, aku
melihat seperti ada pahit yang ia buang setelah sekian lama mengendap dan
mengental menjadi ludah di mulutnya. Dan bagiku, membuang ludah di tempat umum
adalah perbuatan norak no.2 setelah memakai gaun ulang tahun warna ungu.
Perempuan itu, perempuan yang memakai gaun ulang tahun
warna ungu, yang setiap lima menit selalu membuang ludah, adalah perempuan
yang, barangkali, tengah dan akan selalu menunggu yang telah datang padanya:
waktu... (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar