Tabik, Neptun.
Sudah lebih dari seminggu aku terbaring di tempat tidurku
dan hampir tak kuat berbuat apa-apa termasuk menulis. Kau tahu, aku tak sanggup
merelakan tiap ide yang nyangkut di otakku hanya menjadi sebuah ide kosong
tanpa menuliskannya. Beberapa hari ini, kontan, aku hampir tidak menulis
apa-apa dan hal itu aku rasa jadi sangat menyebalkan!
Menurut penuturan dokter, aku terkena penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Mendengar namanya saja aku sudah menggigil,
apalagi merasakannya. Tapi aku memang merasakannya, Neptun. Penyakit itu mampir
di tubuhku, mengacaukan beberapa fungsi organ tubuhku. Setiap kali terbatuk,
seolah-olah ada batu yang meremukkan dadaku. Setiap kali kakiku melangkah,
seolah-olah aku tak menyentuh lantai...
Tapi di luar sakit itu, aku menemukan sebuah perlajaran
berharga, Neptun. Ketika aku periksa ke dokter, aku bilang bahwa aku sering
menyepelekan sebuah penyakit. Dan oleh dokter itu, aku dinasehati, sekecil
apapun penyakit itu, jangan pernah disepelekan. Kebanyakan penyakit besar
berangkat dari penyakit kecil yang diabaikan. Dokter itu benar. Dan aku bisa
mengingat nasehat dokter itu selagi aku sakit nanti.
Neptun, kau tahu rasanya sakit di negeri ini?
Sakit di negeri orang tanpa keluarga yang menemani sama
saja dengan berjalan di gurun pasir selama berhari-hari tanpa membawa
perbekalan apapun termasuk air. Barangkali aku memang si musafir itu, yang
menenggak sakitnya kesendirian di saat sakit dan membutuhkan selimut yang bisa
meningkahi hawa dingin dan butuh payung untuk menangkal sengat mentari. Di
negeri ini, semua bisa terjadi, Neptun. Aku bisa menghirup nafas terakhir di
negeri ini. Semua kemungkinan itu ada, dan bisa saja terjadi.
Aku pernah menuliskan status gila di facebook. Begini, aku
kopikan saja: ... diam-diam aku ingin mewarisi fir’aun yang hanya dua kali
merasakan sakit seumur hidupnya. aku ingin, setelah dua kali sakit dan jauh
dari tangan ibuku dan luput merasakan kerokannya yang sakit tapi aku suka; aku
akan diberi kesehatan sampai bisa bersua dengan mata ibuku di suatu hari baik
nanti. diam-diam, aku kadang benci mewarisi musa, yang meminjam bibir harun
untuk menyeru kaumnya; aku benci untuk meminjam status facebook hanya untuk
mengatakan: ibuk, aku kangen!
Itulah puncak dari rasa rinduku akan belaian lembut
seorang ibu. Di sini, semua jadi serba tiri, dan aku jadi anak malang yang
dipukul oleh serba tiri itu sampai lebam semua kulitku. Serba tiri itu hampir
menempel di semua hal: mentari, angin, debu, tembok rumah, kasur, kutu, kecoa,
semut dan seabrek makhluk yang tak membelaiku secara lembut. Neptun, tak ada
yang lebih ibu dari ibuku. Aku merindukannya!
Neptun, kali ini, dan untuk yang kesekian kali, aku ingin
minta maaf!
Barangkali aku bukan agen yang baik. Aku sering tak
melapor, sering tak nongol hanya untuk menyapamu di antah berantah sana.
Neptun, kau maklumikah aku yang sekarang sedang dalam proses pembelajaran dan
akan masuk kuliah dalam waktu dekat ini? Jika kau maklum, aku akan sangat
berterimakasih padamu. Dan jikapun kau tidak bisa maklum, aku akan tetap
menjadi agenmu, sampai waktu yang tidak aku ketahui.
Neptun, untuk mengimbangi kabar dukaku di atas, aku akan kabarkan juga kegembiraanku.
Baru saja aku browsing di internet, mencari karyaku yang
terserak dan dibukukan oleh suatu lembaga
perlombaan yang di sana aku menjadi bagian dari mereka sebagai salah
satu pemenang. Dan aku menemukan sebuah buku kumpulan puisi esai berjudul:
“Kisah Tak Wangi Belahan Jiwaku”. Buku itu memuat karyaku yang berjudul:
“Petrus —Trgaedi yang Dilupakan”. Neptun,
dengan dibukukannya karyaku itu, aku semakin bersyahwat lagi untuk menulis
setelah sekian hari vakum dari berisiknya tombol lepotopku. Aku sudah siap lagi
untuk mengarungi dunia imajiku, siap menjelajahi tiap sudut yang ragaku tak
mampu mengambahnya dan merambahnya.
Neptun, aku akan sangat senang jika kau turut mengamini
doaku ini: “Tuhan, kembalikan apa yang telah terenggut selama aku sakit; berupa
waktu yang aku sia-siakan tanpa menulis.” Dan aku akan tambah senang lagi jika
kau turut membantuku dalam menyelesaikan proyek novelku yang masih tersendat.
Salam!
Agenmu,
M.S. Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar