Tabik, Neptunus.
Beberapa
hari ini, aku memikirkan banyak hal. Engkau tahu, Neptun, bahwa seringkali,
orang yang memikirkan banyak hal tak tahu apa yang musti ia lakukan. Berpikir
kadang menyebalkan. Tapi, masih ada alasan kenapa aku musti bersyukur; berpikir
membuatku tetap merasa menjadi manusia.
Ada
orang yang banyak berpikir tentang sedikit hal. Ada orang yang sedikit berpikir
tentang banyak hal. Ada orang yang banyak berpikir tentang banyak hal. Ada
orang yang sedikit berpikir tentang sedikit hal. Aku tak termasuk di antara
mereka, Neptun; aku berpikir tentang banyak hal yang barangkali hanya sedikit.
Sebab, siapa pun, termasuk aku, tak pernah bisa memastikan apa yang sebenarnya
aku pikirkan.
Mungkin
bisa dimaklumi, jika benar adanya, aku tak bisa memastikan apa yang aku pikirkan.
Namun, siapa yang sanggup memaklumi, jika ternyata, bisa jadi, aku memikirkan
apa yang tidak pernah aku pikirkan? Atau, bisa jadi, aku memikirkan pikiranku
itu sendiri? Ah, Neptun, lama-lama aku bisa gila!
Aku
telah khatam membaca, memahami, menekuri begitu banyak puisi. Sekian ribu puisi
yang keluar masuk menusuk mataku, merengsek ke dalam dan lebih ke dalam hatiku,
lalu sebagian kabur dan sebagian tinggal; adalah merupakan upaya untuk
menemukan diriku sendiri dan apa yang semestinya aku beri tempat di pikiranku.
Tapi setelah mengetahui apa yang aku pikirkan ternyata adalah sesuatu yang tak
kuketahui, aku pasrah! Aku pasrahkan kepada Ia, yang menjaga segalanya. Ia,
yang merawat apa yang kita pikirkan, dan bahkan apa yang tidak kita pikirkan.
Ia, yang adalah: Tuhan.
Tuhan merawat segala yang kita kenal dan
juga yang tidak kita kenal dan juga yang tidak akan pernah bisa kita kenal. (Sapardi
Djoko Damono, Tentang Tuhan).
Neptun,
pernah ada, pikiranku akhirnya membentukkan dirinya dalam sekuel leksikal; ia menyamar-membayang-memburam-menghitam.
Dan pada akhirnya, ah, tiada guna apa yang sudah aku pikirkan itu. Tahukah kau,
ternyata aku memikirkan kekosongan?
Diriku
hilang rupa; Nihilisme. Absurdisme. Sakau. Lenyap. Hilang. Remuk. Redam. Padam.
Buta. Kosong!
Agenmu,
M.S.
Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar